Persiapan Persalinan - Para ibu hamil yang hendak melakukan proses persalinan sebaiknya mempersiapkan diri dan melakukannya dengan cara yang sehingga tidak terjadi trauma atau baby blues pada sang ibu pasca persalinan. Oleh karena itu ibu hamil perlu untuk membekali diri dengan beberapa tips yang bermanfaat dari Dr. S. Gozali, MBBS (London), MRCOG (London), DFFP (UK) , Spesialis Obstetrics dan Gynaecology, RS Grha Kedoya .
Berikut beberapa tips persiapan menjelang persalinan :
1. Persiapan Mental
Proses persalinan yang panjang akan sangat membutuhkan tenaga dan mental yang menimbulkan kelelahan pada sang ibu, dengan Persiapan mental yang baik dari sang ibu tentu akan sangat membantu untuk melalui proses tersebut khususnya bagi ibu baru. Disamping itu, ibu hamil juga akan terbebas dari rasa takut dalam menjalani proses melahirkan sehingga proses persalinan pun dapat dilalui dengan pikiran yang tenang dan rileks
2. Perlunya Riset
Dengan mempunyai pengetahuan yang benar, Anda bisa tahu mana yang benar dan tidak, serta mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya, menanggapi nasihat yang ternyata hanya mitos. Anda bisa berdiskusi dengan dokter kandungan atau mencari tahu di buku hingga situs kesehatan. Riset mengenai proses persalinan juga bermanfaat agar Anda tak akan terlalu kaget ketika dokter melakukan pemeriksaan bagian dalam, mengecek pembukaannya, memeriksa kondisi bayi, denyut jantung ibu dan bayinya, dan lain-lain.
Jangan lupa juga untuk mencari tahu rumah sakit dan dokter kandungan atau bidan yang kompeten dan selalu siap sedia. Pertimbangkan pula kemungkinan terjadinya komplikasi. Jadi selain dokter kandungan, cari tahu juga apakah di rumah sakit yang dipilih terdapat dokter anastesi, dokter anak, internis, spesialis bedah yang kompeten. Fasilitas yang diperlukan juga harus masuk ke dalam riset. Begitu juga dengan akses seperti jarak dari rumah, kemacetan, hingga lahan parkir di rumah sakit.
3. Antenatal Care
Persalinan adalah proses yang alami. Jadi meski Anda belum berpengalaman, persalinan tidak akan terlalu menakutkan. Terutama jika Anda rajin melakukan antenatal care atau pemeriksaan selama kehamilan dengan benar dan tepat. “Kadang-kadang saat persalinan dokter menemukan ada komplikasi (yang tidak terdeteksi, Red.),“ ujar Gozali. Menurut Gozali, seharusnya komplikasi tidak sampai terjadi atau terdeteksi lebih awal jika ibu hamil rutin melakukan antenatal care .
Manfaat lain dari antenatal care adalah Anda akan diedukasi bagaimana persalinan yang benar. Misalnya mengenal tanda-tanda persalinan atau partum seperti ada “show” atau sejumlah kecil darah yang bercampur dengan lendir dari serviks, kontraksi, hingga air ketuban pecah. Jika salah satu ciri tersebut muncul, harapannya Anda bisa tahu kapan harus berangkat ke rumah sakit. Selain itu, antenatal care juga memelajari soal diet pada ibu hamil, latihan bernapas untuk persalinan, sexual intercourse , serta bahaya merokok, obat-obatan terlarang, alkohol, dan lainnya.
4. Belajar Pernapasan
Untuk menahan rasa nyeri selama proses persalinan, “Ada yang namanya breathing exercise . Biasanya itu diajarkan di kelas senam hamil. Jangan lepas kontrol dengan berteriak-teriak enggak jelas. Sebisa mungkin hal ini diantisipasi dan ibu bisa tetap fokus melahirkan,” saran Gozali. Jika Si Ibu tetap tidak bisa menahan rasa sakit, dokter akan memberikan obat penghilang rasa sakit dengan cara menyuntikkannya. “Kalau di luar negeri ada yang namanya Entenox atau laughing gas atau nitrous oxide . Di Indonesia setahu saya enggak ada. Efeknya menenangkan,“ ujarnya.
Gozali bercerita, ada juga beberapa perempuan yang tidak terlalu peduli rasa sakit. “Rasa sakit ini hanya sementara sampai bayinya keluar. Setelah ini saya bisa senang-senang,” cerita Gozali menirukan para ibu-ibu. Menurutnya, mental seperti inilah yang seharusnya dimiliki semua perempuan agar proses persalinan menjadi lebih mudah dan ringan.
5. Dukungan Moral
Cari dukungan moral dari suami, ibu, saudara perempuan, teman, atau yang lainnya. Dukungan ini akan sangat Anda butuhkan selama proses berlangsung. “Sebaiknya, sih, perempuan karena biasanya suami atau lelaki tidak tahu apa yang harus dilakukan. Yang penting ada birthing partner .“ Meski demikian, suami bisa mendukung istri dengan memberi semangat saat istri lelah saat mengejan.
Dukungan ini sebaiknya jangan ada di saat persalinan saja, tapi juga di bulan-bulan awal saat bayi baru lahir. Ingat, pasca melahirkan merupakan saat yang merepotkan sekali bagi ibu. Suami jangan menganggap cukup istri yang mengurus anak atau berpikir, “Ya sudahlah, ada susternya ini.” Sebab suami wajib membantu istri dalam merawat dan mengurus bayi mereka.
6. Perlengkapan Bayi
Siapkan perlengkapan bayi sebelum proses melahirkan tiba. Sebut saja popok, pakaian, selimut, botol susu, perlengkapan mandi, obat-obatan khusus bayi, dan lain-lain. Lengkapnya, Anda bisa menanyakan ini kepada teman yang sudah berpengalaman atau dari bidan dan perawat pada saat antenatal care .
7. ASI
ASI memang makanan terbaik bagi bayi usia 0-2 tahun. Namun tak sedikit pula wanita yang kesulitan mengeluarkan ASI. Solusinya, pahami dan cari tahu apa yang membuat ASI Anda tidak keluar. Apakah memang karena Anda stres, bermasalah dengan puting, atau hal lainnya. Sebaiknya tanyakan hal ini kepada dokter atau konsultan laktasi. Jika semua cara sudah Anda lakukan tapi ASI tetap tak keluar, jangan risau dan terima saja. “Anda bisa menggantinya dengan susu formula. Jangan sampai Anda berpikir anak Anda tidak akan tumbuh sempurna tanpa ASI. Pikiran seperti itu hanya akan membuat Anda semakin stres,” jelas Gozali.
Sumber : Tabloid Nova